Rumah Hikmah News Casa Andara Residence Cluster Green Nature

Header

Program Kemakmuran Umat

Alhamdulillah Program Kemakmuran Umat (Baldatun Thoyyibatun WaRabbun Ghafuur) telah dimulai. Mungkin agak berbeda dengan majlis-majlis pada umumnya, majlis ini menekankan pada kerja atau amal nyata untuk mengatasi masalah-masalah konkrit yang kini dihadapi oleh masyarakat. Sehingga ilmu yang dikaji di majlis ini difokuskan secara maksimal untuk ilmu-ilmu yang menjadi landasan amal. Seperti apa bentuknya ?

Latar belakangnya adalah perintah kepada orang-orang beriman untuk bertakwa kepada Allah dan mencari wasilah (jalan) untuk mendekatkan diri kepadaNya, dan berjihad (berjuang secara sungguh-sungguh) di jalanNya.
"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah wasilah (jalan ) yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan.” (QS 5 : 35).

Banyak wasilah atau jalan untuk mendekatkan diri kepadaNya ini yang memiliki rujukan yang kuat, antara lain selalu melaksanakan yang wajib dan kemudian melengkapinya dengan yang sunnah seperti dalam hadits Qudsi berikut :

Dari Abu Hurairah RadhiyAllahu ‘Anhu Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda :
"Sesungguhnya Allah Yang Maha Mulia dan Maha Besar berfirman: "Barangsiapa yang memusuhi waliKu, maka Aku telah mengumumkan perang kepadanya. HambaKu tidak mendekatkan diri kepadaKu dengan sesuatu yang paling Aku sukai dari pada sesuatu yang Aku fardhukan atasnya. HambaKu senantiasa mendekatkan diri kepadaKu dengan sunnat-sunnat sampai Aku mencintainya. Apabila Aku mencintainya maka Aku menjadi pendengarannya untuk mendengar, menjadi penglihatannya untuk melihat, menjadi tangannya untuk memukul dan menjadi kakinya untuk berjalan. Jika ia memohon kepadaKu, pasti Aku benar-benar memberinya. Jika ia memohon perlindungan kepadaKu, pasti Aku benar-benar melindunginya". (HR Bukhari).

Jalan berikutnya antara lain adalah dengan berinfaq. Ketika sebagian orang Arab Badui yang beriman memandang bahwa infaqnya untuk mendekatkan diri kepada Allah dan untuk memperoleh shalawat Rasul, pandangan ini dibenarkan oleh Allah melalui ayat berikut :

“Dan di antara orang-orang Arab Badui itu, ada orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, dan memandang apa yang dinafkahkannya (di jalan Allah) itu, sebagai jalan mendekatkannya kepada Allah dan sebagai jalan untuk memperoleh doa Rasul. Ketahuilah, sesungguhnya nafkah itu adalah suatu jalan bagi mereka untuk mendekatkan diri (kepada Allah). Kelak Allah akan memasukkan mereka ke dalam rahmat (surga) Nya; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS 9 :99).

Kemudian untuk kata Jaahidu dalam QS 5:35 tersebut di atas, Al Maududi (dalam Tafhim Al-Qur’an) menjelaskan maknanya sebagai usaha yang sungguh-sungguh untuk menyingkirkan atau melawan apapun, baik itu orang, partai, maupun kekuatan apapun –yang menghalangi kita dari jalan Allah. Maka dengan pemahaman QS 5 :35 tersebut, penjabaran visi membangun negeri yang Baldatun Thoyyibatun WaRabbun Ghafuur itu dapat diilustrasikan dalam grafik berikut
Majlis ini ingin ikut sekuat tenaga mewujudkan negeri yang Baldatun Thoyyibatun WaRabbun Ghafuur, bukan karena kita rakyat Indonesia, bukan karena kita mengejar kemakmuran semata, juga bukan karena kita ingin membangun kekuatan politik ataupun menduduki jabatan tertentu.

Kita ingin mewujudkan Baldatun Thoyyibatun WaRabbun Ghafuur karena kita ingin menjadi orang yang beriman, bertakwa dan mencari jalan untuk mendekatkan diri kepadaNya. Untuk ini kita perlu ilmu, baik itu ilmu-ilmu yang menunjang dan menjadi landasan amal ibadah khusus – maupun ilmu-ilmu untuk amal ibadah umum seperti bertani, berdagang, menguasai teknologi dlsb.

Kemudian ilmu ini bener-bener kita wujudkan dalam bentuk ibadah khusus seperti yang petunjukNya ada di Hadits Qudsi tersebut di atas, maupun ibadah umum berupa kerja nyata mengatasi problem-problem yang dihadapi di masyarakat. Karena isu utama untuk negeri ini masih di seputar pangan dan pasar, maka dua hal ini secara khusus mendapatkan penekanan di majlis ini.

Untuk urusan pangan kita fokus mengedukasi masyarakt untuk mampu mandiri pangan, atau setidaknya mengambil langkah mempersiapkan pangan bagi setiap jengkal lahan yang kita miliki. Pada kajian perdana kemarin sengaja dihadirkan Dr. Nugroho spesialis tanaman-tanaman organic, untuk mengajarkan masyarakat perkotaan untuk menjadi petani meskipun tidak memiliki lahan sekalipun.

Bertani tanaman pangan, khusunya tanaman-tanaman Al-Qur’an bahkan bisa dilakukan di dalam pot atau yang dikenal dengan tabulampot (tanaman buah dalam pot). Atap-atap rumah kita, bisa menjadi lahan yang sangat efektif untuk memanen matahari untuk tanaman-tanaman kita. Bahkan bila perlu menurut beliau, dak atap rumah kita bisa menjadi sawah organic dengan konsep dan bahanbahan yang kini sudah ada di kita.

Setelah kita tahu siapa-siapa yang bisa mewujudkan Baldatun Thoyyibatun WaRabbun Ghafuur, kita juga tahu cara untuk melakukannya dengan kombinasi antara ibadah-ibadah khusus dengan ibadah-ibadah umum, maka selanjutnya kita juga akan tahu seberapa jauh kita mendekati tujuan tersebut dengan indikator-indikator yang juga baku – indikator yang dikabarkan olehNya.

Antara lain adalah negeri ini akan penuh keberkahan – penuh dengan kebaikan yang sangat banyak (QS 7:96), rakyat tercukupi kebutuhan pangannya dari kebun-kebun di seluruh negeri (QS 34:15), karena tanaman apapun yang kita tanaman menghasilkan buah yang banyak dengan rasa yang enak (QS 2 :58). Lantas kapan negeri Baldatun Thoyyibatun WaRabbun Ghafuur itu akan terwujud ?

Tentu tergantung kepada kehendakNya, kemudian juga terkait dengan sekuat apa kita – penduduk negeri ini semua - ingin mewujudkannya. Perubahan besar yang terjadi di Madinah pasca Hijrahnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dengan kaum Muhajirin, terjadi dalam kurun waktu kurang dari sepuluh tahun. Muhammad Al-Fatih beserta pasukannya yang dipuji oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sebagai pemimpin pasukan terbaik dan pasukannya juga pasukan terbaik, antara lain karena dia selalu melaksanakan yang wajib dan yang sunnah – sejak balig sampai penaklukan – yang waktunya kurang lebih juga sekitar sepuluh tahun ( balig umumnya sekitar 12-13 tahun dan saat penaklukan usianya 22 tahun).

AlFatih juga orang yang menguasai segala ilmu yang ada pada jamannya dan menguasai tujuh bahasa. Maka dari perbagai rujukan dan contoh-contoh tersebut di atas, secara bersama-sama , umat ini mestinya juga bisa membuat perubahan yang sangat besar, membalik arah dari umat yang termarginalkan dalam segala bidang menjadi umat yang memimpin segala bidang.

Bila tentu saja syaratnya terpenuhi. Dengan disiplin kita mendekatkan diri kepadaNya melalui pelaksanaan perintah-perintahNya yang wajib, kemudian melengkapinya dengan selalu melaksanakan yang sunnah. Kita juga melengkapi segala ilmu yang diperlukan untuk bidang-bidang amal yang akan kita laksanakan, kemudian kita juga bersungguh-sungguh beramal melaksanakan apa yang kita niatkan. Dengan sungguh-sungguh pula kita berjuaang menyingkirkan segala rintangan yang menghalangi kita dari jalanNya.

Yang masih meninggalkan (sebagian) sholat wajib, waktunya untuk berdisipilin melaksanakannya. Yang belum membiasakan diri sholat sunnah rawatib, waktunya untuk memulai melaksanakannya pula. Yang masih berat untuk bangun malam melaksanakan sholat malam, mulai sedikit demi sedikit melanggengkannya. Yang sudah rutin sholat malam, waktunya untuk terus meningkatkannya – dengan tambahan bacaan-bacaan, tambahan do’a-do’a – sampai bisa menikmati sholat malam itu dan sangat menyesal bila karena satu dan lain hal terlewat dari melakukannya.

Sejalan dengan itu semua, di siang hari kita berjuang dengan keras untuk meninggikan Agama ini dalam segala bidang yang kita bisa. InsyaAllah akan ada perubahan besar di negeri ini dalam waktu yang tidak lama, sekitar sepuluh tahun dari sekarang, perubahan besar menuju Baldatun Thayyibatun Warabbun Ghafuur.
Amin YRA.

Rumah Hikmah, www.rumah-hikmah.comAgribisnis Indonesia, www.agribisnis-indonesia.com

Tulisan Terkait:

Info Bisnis:

Info Keuangan: