Rumah Hikmah News Casa Andara Residence Cluster Green Nature

Header

Menentukan pilihan kita kepada Pemimpin


Seandainya acara debat digantikan dengan diskusi para Calon Presiden dengan moderatornya adalah Pak Kyai, mungkin perjalanan diskusinya bisa menjadi seperti ini..?

Kepada calon dengan nomor urut 1, Pak Kyai melontarkan pertanyaan : “Apa yang hendak Anda lakukan terhadap umat ini bila Anda benar-benar terpilih menjadi Presiden ?”

Dengan sigap calon nomor  urut  satu mengungkapkan janjinya : “Saya akan menjaga kehormatan umat ini, agar umat ini terjaga kemuliaannya dan tidak dilecehkan oleh umat atau negara-negara lain. Saya akan menjaga wibawa negeri ini dan otomatis umat ini karena mayoritas penduduknya adalah umat Islam agar kita bisa menjadi negara dan umat yang unggul di kawasan ini dan bahkan dunia!”.

Ketika pertanyaan yang serupa dilontarkan ke calon presiden nomor urut 2, jawabannya adalah : “Saya tentu akan mendengar aspirasi umat Islam yang notabene merupakan mayoritas penduduk negeri ini, saya akan memperhatikan kebutuhan-kebutuhan mereka dan ujungnya tentu akan memakmurkan mereka dengan segala sumber daya yang ada di negeri ini”.

Mendengar visi yang mulia dari keduanya, Pak Kyai-pun manggut-manggut. Kemudian beliau menggunakan kesempatan ini untuk menasihati keduanya. Kepada calon presiden no 1, Pak Kyai sampaikan :

“Niat Anda untuk meninggikan dan memuliakan umat ini tentu sangat saya hargai dan saya dukung, tetapi tahukah Anda apa yang diperlukan untuk bisa meninggikan dan memuliakan umat ini ?” Melihat yang ditanya ragu untuk menjawabnya, Pak Kyai melanjutkan : “Umat ini hanya bisa ditinggikan bila umat ini bener-benar beriman dan menggunakan kitab sucinya sebagai huda wa mauidhah (petunjuk dan nasihat), kemudian pak Kyai membacakan surat Ali ‘Imran ayat 138 dan 139 yang artinya

“(Al Qur'an) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa. Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.”

Kemudian Pak Kyai melanjutkan pertanyaannya ke calon no 1 : “Jadi apakah Anda sanggup bila Anda memimpin nanti, Anda harus berusaha sekuat tenaga untuk meningkatkan keimanan umat ini dan menggunakan Al-Qur’an sebagai petunjuk dan nasihat untuk seluruh urusannya ? Karena hanya dengan inilah umat ini ditinggikan derajatnya sebagai ayat yang saya bacakan tadi ?”

Tidak mau kehilangan dukungan Pak Kyai, calon no 1 pun langsung menjawab : “Siap, Pak Kyai !” . Pak Kyai-pun manggut-manggut dan menoleh ke calon nomor 2:

“Niat Anda untuk mendengar dan memakmurkan umat ini adalah niat yang mulia, tetapi tahukan Anda sekaya apapun bumi yang kita tinggali – bila tidak diberkahi oleh Allah kita tidak akan makmur ? sedangkan untuk diberkahi oleh Allah syaratnya mutlak harus ada keimanan dan ketakwaan dari penduduk negeri ini ! Kemudian pak Kyai-pun membacakan ayat Al-Qur’an dari surat  Al A’Raaf ayat 96 yang artinya :

“Jika sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.”

Masih tetap memandangi calon no 2, Pak Kyai melanjutkan : “ Jadi kunci kemakmuran itu apabila ada keberkahan, sedangkan keberkahan hanya ada bila ada iman dan takwa. Apakah Anda sanggup bila benar-benar terpilih nanti Anda akan mengajak penduduk negeri ini untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan mereka ?”

Lagi-lagi karena tidak ingin kehilangan dukungan Pak Kyai, maka calon no 2-pun manggut-manggut sambil menjawab : “Injih pak Kyai, Injih ! (artinya Iya Pak Kyai Iya !)”.

Setelah Pak Kyai puas membekali visi mereka masing-masing dengan pesan meningkatkan keimanan, ketakwaan dan menggunakan Al-Qur’an sebagai petunjuk dan nasihat – pak kyai-pun ingin menguji keseriusan mereka dalam melayani kebutuhan umat.

Kepada keduanya Pak Kyai sampaikan  pesan dan pertanyaan lanjutan : “Anda berdua sudah mau berjanji secara umum untuk melayani umat ini dengan meningkatkan keimanan dan ketakwaan mereka, tetapi janji-janji ini memerlukan pembuktian yang terukur – maka saya akan sampaikan beberapa pertanyaan lagi untuk melihat keseriusan Anda berdua dalam melayani umat ini”.

Melihat raut muka yang menunjukkan keterkejutan dan kekurang siapan pada wajah keduanya, Pak Kyai-pun memulai dengan pertanyaan yang ringan-ringan : “Setujukah Anda berdua kalau muslim ini makanannya harus halal dan thoyyib ?” melihat keduanya mengangguk, Pak Kyai-pun melanjutkan : “Makanan ini termasuk apa saja yang masuk mulut, minuman, obat dlsb. Artinya setujukan Anda bila memimpin nanti – akan menjamin segala bentuk makanan, minuman, obat-obatan dlsb. yang dibutuhkan umat Islam harus terjamin kehalalannya ?” Keduanya masih manggut-manggut menyatakan persetujuannya.

Lantas Pak Kyai mulai pertanyaan yang agak berat : “Apakah Anda berdua juga tahu bahwa umat ini harus menjauhi riba, harus menghentikan penggunaan riba dalam segala urusan kehiduapannya ?” kedua calon mulai nampak ragu. Pak Kyai-pun melontarkan pertanyaan yang lebih tegas lagi : “ Apakah Anda tahu kalau meninggalkan riba adalah ciri atau ukuran orang beriman yang sudah Anda sanggupi di pertanyaan sebelumnya ? Apakah Anda tahu kalau riba yang tidak dihentikan berarti pernyataan perang terhadap Allah dan RasulNya ?”

Karena masih nampak keraguan pada keduanya dan kaget mendengar suara Pak Kyai yang meninggi menandakan keseriusan masalah riba ini, maka Pak Kyai-pun membacakan dua ayat di surat Al-Baqarah yaitu ayat 278 dan 279 yang artinya :

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertobat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.”

Keduanya nampak semakin ragu, maka Pak Kyai-pun melontarkan pertanyaan pamungkasnya : “Karena kelangsungan riba merupakan pernyataan perang terhadap  Allah dan RasulNya sebagaimana ayat yang saya bacakan tadi, saya ingin mendengar bila di antara Anda berdua – sudah ada program untuk menghilangkan riba di negeri ini, atau setidak nya tahapan-tahapan untuk menurunkan riba di negeri ini”.

Pak Kyai melihat keduanya menggelengkan kepala, tanda tidak siap menjawab pertanyaan terakhir tersebut.

Maka Pak Kyai berpesan kepada keduanya : “Inilah ujiannya bagi Anda berdua, Anda ingin mengangkat kehormatan umat ini, Anda ingin memakmurkan umat ini – tetapi Anda belum siap dengan syaratnya. Umat ini hanya bisa ditinggikan, dimuliakan dan dimakmurkan dengan iman, takwa dan Al-Qur’an sebagi petunjuk hidupnya. Sedangkan tolok ukur keimanan yang nyata-nyata di depan mata – yaitu ditinggalkannya riba – Anda belum siap dengan programnya ?”

Menyimpulkan:

Kita bisa cek dengan pilihan kita masing-masing, apakah pilihan kita dalam pemilu mendatang ada program untuk meninggalkan riba? Kalau belum, bisakah kita sampaikan ke mereka – bahwa kita akan dukung tetapi mereka harus memiliki program untuk menghilangkan riba dari negeri ini ?

Memang tidak akan mudah karena kita hidup di era global yang dipenuhi dengan system ribawi, tetapi setidaknya mencanangkan program untuk meninggalkan riba – dengan time frame tertentu misalnya - bisa menjadi tolok ukur terhadap keimanan dan ketakwaan – sesuai dengan janjiNya:

“Jika sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS 7:96).

Bagaimana bila tidak ada pilihan yang bersedia menghilangkan riba dari negeri ini ? jawaban kita mestinya jelas sesuai dengan ayat berikut :

“Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertobat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.” (QS 2:279)

Bayangkan kalau sikap umat yang lagi diperebutkan suaranya ini tegas sebagaimana tegasnya ayat-ayat tersebut diatas - maka mau tidak mau semua calon akan serius mendengarkan permintaan atau syarat umat ini. Tentu kita semua tidak ingin menjadi pihak atau menjadi pendukung dari pihak yang diperangi oleh Allah dan RasulNya bukan ?, nah inilah saatnya untuk kita dapat melakukan kontrol kwalitas terhadap kepemimpinan nasional itu. InsyaAllah !

www.rumah-hikmah.com

Tulisan Terkait:

Info Bisnis:

Info Keuangan:

coconut fiber indonesia - civet coffee beans luwak indonesia - rumah baru dekat tol di jatiasih - eksportir indonesia - solusi properti - rumah dinar - manufaktur indonesia - agribisnis indonesia - white copra indonesia - coconut coir pellets - jual panel beton murah siap pakai - jasa pasang panel beton - jual komponen nepel, mur, baut, spare parts ac, kuningan - komponen, nepel, mur, baut, ac, kuningan - industri manufaktur pengecoran kuningan - brass foundry casting manufacturer - brass billets, bullets, neple, nut, bolt, fitting, parts - tanah di kawasan strategis - rumah baru eksklusif dekat tol - rumah murah dekat tol - jual tanah di sudirman - jual tanah di kuningan - jual tanah dekat menteng - paket tour perjalanan wisata - apakah dinar emas - tanya jawab dinar - jual dinar - beli dinar - dinar emas - jual benih lele - jual bibit lele - benih lele - bibit lele - lele sangkuriang -